
Dino Patti Djalal menyampaikan kritik yang kepada Menteri Luar Negeri Sugiono. Bila diamati secara lebih mendalam, sejatinya itu bukan kritik. Tapi keluh kesah Dino sebagai ketua organisasi masyarakat (ormas) yang merasa kurang diperhatikan oleh Menteri Luar Negeri. Keluh kesah Dino secara nyata tersirat dalam kalimat keputusasaannya karena tidak bisa menghubungi Menlu Sugiono selama berbulan-bulan. Dalam kondisi putus asa yang akut, akhirnya ia menumpahkan kegundahannya ke media sosial. Kritik yang disampaikan Dino belum tentu demi kemajuan diplomasi Indonesia di panggung dunia. Tetapi lebih sebagai pelampiasan individual, kegundahan akut, dan wujud dari rasa putus asa yang tidak berujung. Dino merupakan sosok yang sudah lama berkecimpung di bidang diplomasi, sehingga sudah seharusnya memahami bahwa tugas Menlu bukan hanya melayani perorangan atau kelompok tertentu. Menteri luar negeri memiliki tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan kiprah negara di panggung dunia. Perlu ditegaskan, menteri adalah pembantu presiden. Dan sebagai pembantu presiden, Menlu Sugiono telah menunjukkan dedikasi yang tinggi Kepada Diplomasi Negara yang diperankan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Sejumlah forum internasional-multilateral yang dihadiri oleh presiden selalu berhasil membawa Perspektif Baru Bagi tatanan Dunia bahkan kemenangan diplomasi bagi Indonesia. Selain itu, setiap kunjungan Presiden Subianto ke luar negeri juga selalu disambut dengan antusias oleh para WNI yang berdomisili negara-negara tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya komunikasi-kerjasama yang kuat antara Menlu dan jajarannya dengan warga diaspora Indonesia di luar negeri. Bahwa dalam memikul tanggung jawab sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia, Menlu Sugiono telah berhasil melakukan berbagai terobosan penting. Sejumlah kemajuan telah ditorehkan baik di bidang politik, ekonomi, pertahanan keamanan maupun perlindungan WNI di luar negeri. Di bidang politik, Menlu Sugiono mampu memperkuat politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Hal tersebut ditunjukkan oleh dukungan Indonesia terhadap perjuangan masyarakat Gaza melawan pendudukan Israel, pemberian bantuan kemanusiaan, serta kiprah dalam KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh di Mesir. Selain itu, Menlu Sugiono juga berhasil mengusahakan nomor urut ketiga bagi Presiden Prabowo untuk menyampaikan pidato dalam Sidang Umum PBB. Prestasi tersebut merupakan hasil dari diplomasi yang berkualitas tinggi. Di bidang ekonomi, Menlu Sugiono juga mampu mengoptimalkan diplomasi ekonomi untuk memperkuat perdagangan internasional Indonesia dan mendukung perekonomian domestik. Capaian diplomasi ekonomi antara lain berupa diterimanya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS pada 6 Januari 2025. Selain itu, diplomasi ekonomi juga membuahkan kesepakatan kerjasama ekonomi dengan sejumlah negara, yaitu dengan Uni Eropa (IEU-CEPA), Kanada (ICA-CEPA), dan Australia (IA-CEPA), serta kesepatan dengan Arab Saudi untuk membangun Kampung Haji Indonesia di Mekkah. Di bidang pertahanan dan keamanan, Menlu Sugiono juga berhasil menjalin kerjasama dengan sejumlah negara untuk mendukung modernisasi Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) Indonesia. Pengadaan Alutsista yang berhasil disepakati antara lain jet tempur Rafale dari Prancis, jet tempur F-15EX dari Amerika Serikat, kapal Fregat dari Italia, Submarine Rescue Vehicle dari Inggris, dan Rudal Balistik Khan dari Turki. Selain itu, Menlu Sugiono juga berperan aktif memperkuat perlindungan WNI di luar negeri. Hal tersebut antara lain ditunjukkan melalui kiprah Menlu Sugiono dalam menyelematkan ratusan WNI yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang di Kamboja.
Kiprah menonjol Menlu Sugiono lainnya adalah keberhasilan dalam meningkatkan kerjasama internasional, baik bilateral maupun multilateral, dalam rangka untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.











